Pages

Minggu, 06 Mei 2012

HEPATITIS


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hati yang terjadi karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia ( non- viral ) atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D, E (Doenges, Marilynn E, 1999).
Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati yang di sebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, E      ( Mansjoer, Arif, 1999).
Hepatitis virus adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
 Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah inflamasi  pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis atau disebabkan invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia.

B.       Etiologi
1.    Virus hepatitis

Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe D
Tipe E
Metode Tranmisi
Fekal oral melalui orang lain
Parenteral, seksual, perinatal
Parentral, jarang seksual, orang keorang, perinatal
Parentral, perinatal, memerlukan Ko-infeksi dengan tipe B
Fekat oral
Keparahan
Tak  ikterik dan asamplomatik
Parah
Menyebar luas,dapat berkembang sampai kronis
Peningkatan insiden khronis dan gagal hepar akut
Sama dengan D
Sumber virus
Darah, feces, dan saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah
Darah, feces, dan saliva
Sumber:
2.    Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3.    Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

C.      Patofisiologi
1.    Proses Penyakit
Inflamasi yang menyebar pada hepar ( hepatitis ) dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan dan bahan- bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar di sebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel –  sel hepar  ini menyebabkan nekrosis dan  kerusakan sel – sel hepar. Setelah lewat masanya, sel – sel hepar yang menjadi rusak di buang dari tubuh oleh respon system imun digantikan oleh sel – sel hepar baru yang sehat. Oleh  karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kerusakan pengangkutan billirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna di keluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi ( akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli , empedu belum mengalami konjugasi ( billirubin indirek ), maupun billirubin yang sudah mengalami konjugasi ( billirubin direk ).  Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan ekskresi billirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena tinja tampak pucat ( abolis). Karena billirubin konjugasi larut dalam air, maka billirubin dapat di ekskresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan billirubin urin dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar billirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam – garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal – gatal pada ikterus.


           
Pengaruh alcohol,virus hepatitis,toksin

         Hipertermi                             inflamasi pada hepar                      peregangan kapsula hati

Perubahan kenyamanan                gangguan suplai darah                           hepatomegali
                                                      Normal pada sel-sel hepar                                              
    
Gangguan metabolisme                kerusakan sel parenkim,sel hati           perasaan tidak
Karbohidrat,lemak,protein           dan dukluti empedu intraepatik          nyaman dikuadran
                                                                                                            Kanan atas     
Glikogenesis      glukogenesis
Menurun           menurun                                                                       nyeri              Anoreksia







 
Glikogen dalam hepar berkurang                                                                 perubahan nutrisi                           
Glikogenolisis menurun                                                                           kurang dari kebutuhan
glukosa dalam darah berkurang
           cepat lelah


 
obstruksi                                                                      kerusakan konjugasi
                  kerusakan sel ekskresi                                     bilirubin tidak sempurna dikeluarkan 
                 retensi billirubin                                                            melalui duktus hepatikus
             regurgitasi pada duktuli                                                         billirubin direk meningkat
               empedu intra hepatic                                                                        ikterus
                   billirubin direk
                      meningkat


 
peningkatan garam                 ikterus              larut dalam air
empedu dalam darah
        pruritus                            perubahan            ekskresi ke               billirubin dan kemih
                                                kenyaman           dalam kemih                  bewarna gel


2.    Manifestasi klinis
Meskipun gambaran klinis hepatitis bervariasi, secara umum manifestasinya sama. Bergantung pada derajat kerusakan hepar dan status kesehatan yang menyertai klien. Pada golongan hepatitis inapparent, tidak ditemukan gejala. Hanya diketahui bila dilakukan pemeriksaan faal hati ( peningkatan serum transminase ) dan biopsy menunjukan kelainan.
Pada hepatitis an ikterik, keluhan sangat ringan dan samar – samar , umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbillirubinemia ringan , dan billirubinuria. Urin secara makroskopik berwarna kuning kehijauan.
Bentuk hepatitis akut ikterik paling sering ditemukan dalam klinis. Biasanya perjalanan jinak dan akan sembuh dalam waktu kira – kira 8 minggu.
Hampir semua hepatitis fulminan mempunyai prognosis jelek. Kematian biasanya terjadi dalam 7 – 10 hari sejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terdapat gangguan neurologi, fetor hepatic dan muntah – muntah yang persiten. Terdapat demam dan ikterus yang menghebat dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan didapatkan hati yang mengecil, purpura dan perdarahan saluran cerna.
Pada hepatitis persisten, tidak terdapat kemajuan dari periode akut dan seluruh perjalanan penyakit. Penurunan billirubin dan transaminase terjadi perlahan – lahan. Pasien masih mengeluh lemah dan cepat lelah, meskipun nafsu makan telah membaik. Pekerjaan fisik akan memperburuk hasil pemeriksaan fungsi hati. Golongan ini akan sembuh sempurna dalam waktu antara 1-2 tahun.
Ada pula bentuk hepatitis yang subakut atau submassive hepatic necrosis yang perjalanan penyakitnya progresif. Pemeriksaan biokimiawi lebih menunjukan tanda – tanda obstruksi dengan peninggian fosfatase alkali dan kolesterol dalam serum. Sesudah masa ikterus yang lama, biasanya pasien akan sembuh dalam waktu 12 bulan.
Pada hepatitis kolangitik, ikterusnya hebat disertai pruritus, biasanya berlangsung lebih dari 4 minggu. Sedangkan  pada sindroma pasca hepatitis, beberapa pasien, terdapat keluhan – keluhan subyektif menetap seperti anoreksia, lemah, perasaaan tidak enak diperut atau gangguan pencernaan atau berat badan yang tidak naik. Pemeriksaan fungsi biasanya sudah kembali normal.
Ada 4 macam bentuk kemungkinan perjalanan penyakit hepatitis B, yaitu :
1.      Hepatitis fulminan yang umumnya berakhir dengan kematian
2.      Hepatitis akut dengan penyembuhan
3.      Hepatitis akut yang menjadi kronik
4.      Bentuk laten yang menjadi kronik

Ada tiga fase hepatitis, antara lain:
a.    Fase pre ikterik (4-7 hari)
Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan atas, urin menjadi lebih coklat.
b.    Fase ikterik (2 minggu setelah fase pre ikterik)
Ikterus mula – mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh, keluhan – keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
c.    Fase post iketrik (14-15 hari setelah fase ikterik)
Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak – anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.

3.    Klasifikasi
a.       Hepatitis A (HAV)
Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawa oleh air dan makanan. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.


b.      Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
c.       Hepatitis C (HCV)
Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 – 60 nm. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
d.      Hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemofilia. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
e.       Hepatitis E (HEV)
Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 – 36 nm. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.



4.      Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi ammonia serta metabolic toksis merupakan stadium lanjut ensefalopati  hepatic. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

D.      Penatalaksanaan Medis
Terdiri dari istirahat, diet dan pengobatan medikamentosa
1.Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
2.Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah – muntah, sebaiknya diberikan infuse. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30 – 35 kalori/kg BB ) dengan protein cukup ( 1g/kg BB ). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diet hati I – II.


3.Medikamentosa
a. Kortikosteroid, tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan billirubin darah.  Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi billirubin masih tinggi. Pola keadaan ini dapat di berikan prednison 3x10 mg selama 7 hari kemudian.
b. Berikan obat – obat yang bersifat melindungi hati
c. Antibiotik tidak jelas kegunaannya
d. Jangan diberikan antiemetik. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan fenotiazin.
e. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma. Penanganan seperti pada koma hepatik.

                       
E.     Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
a.       Aktivitas/ istirahat
Gejala:  kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b.      Sirkulasi
Tanda:
1)      Bradikardia (hiperbilirubinemia berat)
2)      Ikterik pada sklera, kulit, membran mukosa
c.       Eliminasi
Gejala:
1)      Urine gelap
2)      Diare / konstipasi: feses warna tanah liat
3)      Adanya / berulangnya hemodialisa
d.      Makanan / cairan
Gejala :
1)        Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema).
2)      Mual/ muntah
3)      Tanda: Asites
e.       Neurosensori
Tanda: Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis
f.       Nyeri / keamanan
Gejala :
1)        Kram abdomen, nyeri tekanan pada kuadran kanan atas
2)      Mialgia, artalgia, sakit kepala
3)      Gatal (pruritus)
 Tanda: Obat tegang, gelisah
g.      Pernafasan
Gejala: Tidak minat/ enggan merokok (perokok)
h.      Keamanan
Gejala: Adanya transfusi darah/ produk darah
Tanda: Demam, Urtikaria, lesi makulopapular, eritmia tak-beraturan, Eksaserbasi jerawat, angioma jaringan, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikul posterior.
i.        Seksualitas
Gejala: Pola hidup/ phomoseksual aktif/ biseksual pada wanita)
j.        Penyuluhan/ Pembelajaran
1)        Riwayat diketahui/ mungkin terpajan pada virus, bakteri/ toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah, atau darah), pembawa (simtomatik atau asimtomatik), adanya prosedur bedah dengan anestesia haloten: terdapat pada kimia toksik (contoh karbon, tetraklorida,vinil klorida), obat resep (contoh sulfonamid, fenotiazid, isoniazid).
2)        Obat jalanan (IV) atau penggunaan alkohol
3)        Diabetes, GJK, atau penyakit ginjal
4)        Adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas
k.      Pemeriksaan diagnostik
1)        Tes fungsi hati: Abnormal (4-10 kali dari normal), catatan: merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dan non-virus.
2)        AST (SGOT/ ALT SGPT): Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
3)        Darah lengkap: SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan pendarahan.
4)        Leukopenia: Trombositopenia mungkin ada (Splenomegali).
5)        Diferensial darah lengkap: Leukositosis, monositosis, limposit atipikal, dan sel plasma.
6)        Alkali fosfatase: Agak meningkat (kecuali ada kolestosis berat).
7)        Feses: Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
8)        Albumin serum: menurun.
9)        Gula darah: hiperglikemia transien/ hipoglikemia (gangguan fumgsi hati).
10)    Anti-HAV I gm : positif pada tipe A.
11)    HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A), catatan: merupakan antigen permukaan pada hepatitis B, HbsAg mengindikasikan penyakit aktif atau keadaan carrier.
12)    Masa protrombin: mungkin memanjang (disfungsi hati).
13)    Bilirubin serum: diatas 2,5 mg/ 100 ml (bila diatas 200 mg/ ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
14)    Tes ekskresi BSP: kadar darah meningkat.
15)    Biopsi hati: menunjukan diagnostik dan luasnya nekrosis.
16)    Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
17)    Urinalisa: peningkatan kadar billirubin; protein/ hematuria dapat terjadi.
18)    IgM anti-HAV: ditemukan pada klien dengan infeksi yang baru dialami 6 bulan setelah infeksi.
19)    HbeAg: merupakan antigen yang berhubungan dengan aktivitas dengan HBV dan bereflikasi dalam serum. Tes ini digunakan pada karier kronik untuk mengkaji tingkat infeksi.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
c.       Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
d.      Resiko tinggi terhadap tranmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.
e.       Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen billirubin dalam garam empedu.

.

3.      Perencanaan
a.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia.
Tujuan             : Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil    : Nafsu makan bertambah, tidak mual, BB normal
1)        Ukur masukan diet.
2)        Kaji intake dan output klien.
3)        Timbang BB
4)        Anjurkan makan sedikit tapi sering.
5)        Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan             : klien dapat beraktivitas dengan normal.
Kriteria Hasil   : klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi        :
1)        Kaji keadaan umum klien.
2)        Kaji respon klien.
3)        Berikan motivasi kepada klien untuk melakukan aktivitas.

c.       Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
Tujuan             :  Klien merasa nyaman dan tidak ada rasa nyeri
Kriteria Hasil   :  Tidak meringis kesakitan
Intervensi        :
1)        Kaji respon klien terhadap nyeri
2)        Observasi TTV.
3)        Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

d.        Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:  Menunjukkan teknik, melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/ transmisi ke orang lain.
Intervensi:
1)      Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan sesuai kebijakan rumah sakit; termasuk cuci tangan efektif.
2)      Awasi/ batasi pengunjung sesuai indikasi.
3)      Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/ orang terdekat.
4)      Berikan informasi tentang adanya gama globulin, vaksin hepatitis B (Recombivax HB, Engerix-B) melalui departemen kesehatan atau dokter keluarga.
5)      Berikan obat sesuai indikasi:
a)      Obat antivirus: vidaralun (Vira-A), asiklovir (Zovirax).
b)      Interferon alfa-2b (Intron-A).
c)      Antibiotik tepat untuk agen pencegahan (contoh, gram negatif, bakteri anaerob) atau proses sekunder.

e.    Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen billirubin dalam garam empedu
Tujuan             : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria Hasil   : Jaringan kulit utuh.
Intervensi        :
1)      Lakukan perawatan kulit, hindarkan penggunaan sabun alkali.
2)      Cegah penghangatanyang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan  kelembaban rendah
3)      Hindari pakaian terlalu tebal
4)      Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.

4.      Evaluasi 
a.              Gangguan nutrisi teratasi
b.             Klien dapat beraktifitas dengan normal
c.              Klien merasa nyaman dan tidak ada rasa nyeri
d.             Penyebaran infeksi tidak terjadi 
e.       Tidak terjadi kerusakan integritas kulit    
 

Blogger news

Blogroll

About