A. Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (Long, Barbara. C, 1996).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, E, 2000).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari normal melalui lubang congenital atau didapat (Juraidi, Purnawan, 2000).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian – bagian tersebut (Nettina, 2001).
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim de, 2004).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia merupakan penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melalui defek congenital atau didapat.
B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital;
2. Obesitas;
3. Ibu hamil;
4. Mengejan;
5. Pengangkatan beban berat.
C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Defek pada dinding otot mungkin congenital karena kelemahan jaringan atau ruang luas pada ligament inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat beban berat dan mengejan juga dapat menyebabkan peningkSatan tekanan intra abdominal.
Bila factor – factor ini ada bersama kelemahan otot, individu akan mengalami hernia. Bila tekanan dari cincin hernia memotong suplai darah ke segmenhernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah, usus ini cepat menjadi gangrene kerena kekurangan suplai darah.
Patoflow
kongenital, obesitas, ibu hamil,
mengejan, pengangkatan beban berat
peningkatan tekanan intra abdominal
kelemahan otot
hernia
reponibel ireponibel strangulata
usus keluar jika berdiri perlekatan isi kantong pada isi hernia terjepitoleh
atau mengejan peritoneum kantong hernia cincin hernia
usus masuk lagi jika
berbaring isi hernia tidak dapat gangguan
atau didorong masuk dimasukan lagi vaskularisasi
nekrosis isi
abdomen
Sumber: Pinrang Ruslan. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan hernia. www.ruslanpinrang.blogspot.com. Diambil tanggal 04 Februari 2010.
2. Manifestasi Klinis
a. Adanya benjolan pada lipatan paha;
b. Nyeri didaerah benjolan;
c. Bila batuk atau mengejan benjolan akan bertambah besar;
d. Mual, muntah, kembun;
e. Konstipasi;
f. Anoreksia;
g. Demam;
h. Pucat dan gelisah;
i. Dehidrasi.
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas;
1) Inguinalis
Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Indirek/ lateralis
Yaitu batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk kedalam kanalis inguinalis.
b) Direk/ medialis
Yaitu batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior.
2) Femoralis
Hernia femoralis terjadi karena batang usus melewati femoral kebawah, kedalam kanalis femoralis.
3) Umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi karena batang usus melewati cincin umbilical.
4) Incisional
Hernia incisional terjadi karena batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:
1) Hernia bawaan/ congenital;
2) Hernia dapatan/ akuisita.
c. Berdasarkan sifatnya, hernia terbagi atas:
1) Hernia reponibel
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk.
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretes = perlekatan karena fibrosis).
3) Hernia strangulata/ inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
4. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis ireponibel. Pada keadaan ini belum terjadi gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang menyebabkan ireponibell adalah omentum karena mudah melekat pada dinding hernia.
b. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia relative semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
c. Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edema dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinaalis lateralis strangulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserata dan strangulasi, maka timbul gejala muntah, kembung, dan obstipasi. Pada strangulasi terajdi nyeri hebat, daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.
D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi konservatif/ non bedah, meliputi:
a. Penggunaan alat penyangga yang bersifat sementara, seperti pemakaian sabuk atau korset.
b. Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus menerus pada daerah benjolan seperti dengan bantal pasir.
c. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkarserata yang tidak menunjukan gejala sistemik.
d. Diberikan kompres untuk mengatasi pembengkakan.
e. Diet makanan cair.
2. Terapi pembedahan dilakukan untuk mengembalikan organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi kembali. Ada dua prinsip pembedahan, yaitu:
a. Herniotomi, yaitu dengan memotong kantong hernia saja kemudian diikat.
b. Herniografi, yaitu perbaikan defek dengan pemasangan jaringan melalui operasi terbuka atau laparaskopi.
E. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama, membutuhkan papan/ matras yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak daan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkontinensia/ retensi urine.
c. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan, financial, atau keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : kesemuttan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan, penurunan persepsi nyeri.
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna.
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik.
f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.
g. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/ lengan, kaku pada leher.
Tanda : perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang – pincang, nyeri palpasi.
h. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : penggunaan obat analgesic, antiinflamasi, obat yang dijual bebas, atau obat – obatan rekreasional, penggunaan alcohol.
i. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
2) Hitung darah lengkap dan erum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi (peningkatan Ht), peningkatan leukosit, dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada klien dengan post operasi Hernia, yaitu:
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca operasi (puasa).
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan.
c. Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka post operasi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Kurang pengetahuan tentang henia berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
3. Perencanaan
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca operasi (puasa).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan kebutuhan cairann terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Membran mukosa lembab;
2) Turgor kulit elastis;
3) Kebutuhan cairan terpenuhi.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Evaluasi penggisian kapiler, turgor kulit, dan status membrane mukosa;
3) Pantau masukan dan haluaran;
4) Perhatikan adanya edema;
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV dan elektrolit.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil:
1) Rasanyeri berkurang atau hilang;
2) TTV dalam batas normal;
3) Klien tampak tenag dan rileks.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Kaji intensitas dan skala nyeri,catat lokasi,karakteristik nyeri;
3) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur;
4) Atur posisi klien senyaman mungkin;
5) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam;
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik.
c. Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
1) Tidak terjadi perdarahan;
2) TTV dalam batas normal;
3) Luka bersih, tidak lembab dan kotor.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Monitor tanda – tanda perdarahan;
3) Pantau masukan dan haluaran;
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian caiaran IV;
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfusi darah;
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiaan obat untuk mengatasi perdarahan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
1) Tidak ada tanda – tanda infeksi;
2) Luka bersih, tidak lembab, dan kotor;
3) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic;
3) Ganti balutan luka operasi secara teratur dan sewaktu – waktu bila kotor;
4) Jika ditemukan tanda infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah;
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.
e. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri.
Kriteria hasil:
1) Mampu memenuhi kebutuhan diri;
2) Mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu;
3) Mampu melakukan aktivitas tanpa nyeri;
4) Skala nyeri 0 – 3.
Intervensi:
1) Kaji keadaan umum klien;
2) Kaji ketidakmampuaan klien dalam beraktivitas;
3) Berikan istirahat yang cukup;
4) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan diri;
5) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
f. Kurang pengetahuan tentang henia berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan pengetahuan klien tentang hernia bertambah.
Kriteria hasil:
1) Klien mengerti tentang penyakit hernia;
2) Klien mengerti tentang penyebab hernia;
3) Klien mengerti tentang cara perawatan luka akibat pembedahan.
Intervensi:
1) Kaji kemauan dan kemampuan klien untuk belajar;
2) Terangkan mengenai penyakit sesuai kemampuan dapat diterima klien;
3) Berikan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan;
4) Demonstrasikan cara perawatan luka.
4. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawata harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya – bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak – hak dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klein. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi.
Tujuan dari pelaksaan keperawatan yaitu membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap mekanisme umpan balik diman perawat menilai tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dengan demikian evaluasi dapat berupa evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan terus menerus selama melakukan tindakan keperawatan. Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam menentukan keefektifan rencana atau menentukan apakah rencana tersebut dapat diteruskan, perlu diubah, atau sudah tercapai.
Evaluasi sumatif adalah evaluasiakhir yang menggambarkan apakah tujuan akhiir tercapai atau tidak sesuai dengan rencana tindakan atau hanya tercapai sebagian atau bahkan timbul masalah keperawatan yang baru.
Adapun hasil evaluasi yang diharapkan pada klien dengan post operasi hernia diantaranya ialah:
a. Kebutuhan cairan terpenuhi;
b. Nyeri berkurang atau hilang;
c. Tidak terjadi perdarahan;
d. Tidak terjadi infeksi;
e. Klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri;
f. Pengetahuan klien tentang hernia bertambah.
OBAT HERNIA
BalasHapusTERIMA KASIH INFONYA
obat gondok beracun
BalasHapusobat sakit tenggorokan susah menelan
cara mengobati pembengkakan kelenjar air liur
obat nyeri sendi
cara menyembuhkan cedera engkel kambuhan
salep untuk fisura ani